12 gol dalam 8 partai resmi AC Milan dibuat
oleh Filippo Inzaghi. Gayanya terkadang menyebalkan dan dijuluki striker
peraih sempritan offside terbanyak di dunia. Mengapa dia begitu subur? Apa kelebihannya?Hampir semua media Italia angkat jempol tinggi-tinggi pada Filippo Inzaghi yang sering dijuluki Super Pippo. Tanpa dia, mungkin AC Milan masih akan berkutat di kelas medioker. Milan akan terus dijangkiti problem sulit membuat gol apalagi dengan cederanya mesin gol mereka, Andriiy Shevchenko.
Namun sejak awal musim ini, semuanya dihapus oleh Pippo. Gol demi gol dilesakkan Pippo ke gawang lawan. Dan tipikal gol Pippo terlihat demikian mudah dicetak.
Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi orang banyak jika melihat teknik sepakbola yang dimiliki Pippo. Pemain langganan timnas Italia itu bukanlah striker yang berteknik lengkap. Secara teknik, jika dibandingkan dengan Ruud Van Nilstelrooy, David Trezeguet atau rekan seklubnya Andriiy Shevchenko, Pippo jauh dibawah.
Selain tekniknya yang buruk, Pippo juga penerima bola yang jelek. Dia juga kurang bisa menggiring bola, melewati bek lawan dan umpannya jauh dari sempurna. Dia tidaklah kuat macam Vieri, bakatnya tidaklah hebat macam Raul, kecepatannya kalah dibanding Sheva. Shootingnya juga tidaklah keras dan terarah macam Trezeguet.
Semua teori itu seperti dibalik oleh Pippo. Khusus di Liga Champions, plus kualifikasi lawan Slovan Liberec, Pippo sudah menjaringkan sembilan gol (dua ke Slovan Liberec, dua ke Lens, tiga ke Deportivo, dua ke Bayern Munich). Berdasarkan data dari Opta Index, Pippo menjaringkan 63 persen gol dari total kesempatan yang dia dapatkan. Pippo pun menduduki urutan teratas soal ini mengalahkan striker top dunia macam Raul, Ruud Van Nilstelrooy atau Roy Makaay.
Lantas, apa yang membuat Pippo sedemikian tajam? Beberapa pengamat menguraikan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Pippo.
Pertama, dia dinilai sebagai orang yang rajin membuka ruang. Hal ini sudah diakui oleh Alessandro Nesta saat masih memperkuat Lazio. Nesta menganggap Pippo sebagai striker yang paling sulit dikawal karena kemampuannya mencari ruang kosong di petak penalti lawan. Pippo selalu berlari dan berkelit dibalik jebakan-jebakan bek lawan.
Kedua, shoot on target-nya cukup tinggi. Di Liga Champions, Pippo teratas soal ini dengan enam tembakan mengalahkan Pablo Aimar, Pablo Aimar, Ruud van Nistelrooy, Juan Sebastian Veron, Azar Karadas, Roy Makaay, Thierry Henry, Sonny Anderson masing-masing lima shoot on target. Angka Pippo bertambah menjadi 9 usai pertandingan lawan Bayern.
Ketiga, killer instinct Pippo sangat tinggi. Penciumannya terhadap gol cukup tajam. Dari dua pertandingan lawan Lens dan Depor, goal to shoot ratio-nya cukup tinggi yaitu 67 persen dan hanya kalah dari Yakubo Aiyegbeni dari Maccabi Haifa. Intinya, Pippo butuh makin sedikit peluang untuk bisa membuat gol. Hal itu ditambah dengan kepala dan kakinya yang lumayan maut.
Keempat, dia sangat jago lolos dari jebakan offside. Ada data statistik yang menarik mengenai Pippo. Dia adalah raja offside. Dari data sebelum Bayern vs Milan dihitung, Pippo offside tujuh kali dan ada di peringkat ketiga dibawah Mateja Kezman serta Thierry Henry (8 kali). Ditambah prti lawan Bayern, Pippo menjadi terbanyak offside yaitu 10 kali. Tapi justru inilah kelebihan Pippo. Dia adalah tipikal pemain yang mudah lolos dari jebakan offside untuk kemudian solo run mengalahkan kiper.
Kelima, Pippo kini disuplai oleh playmaker handal. Rui Costa, Clarence Seedorf dan Rivaldo adalah satu diantara beberapa nama yang rajin memberi assist ke Pippo.
Alasan-alasan itulah yang dianggap berperan membuat Pippo kini on fire. Sampai-sampai ada celetukan mengenai Pippo. He lives for the goal and the six yard box is his home. (Dia hidup untuk gol dan petak penalti adalah rumahnya). Oalah, ada-ada saja. Bukankah Pippo juga punya off day?
nice article man. If you want to know more analysis about Real Madrid team, read my blog on seputarrealmadridfc.blogspot.com
ReplyDelete