Henry, Ledakannya Paling Santer

Di antara para hulu ledak The Gunners saat ini, siapakah yang punya daya ledak paling keras? Jangan ragu-ragu untuk menunjuk Thierry Henry. Maklum, rudal yang satu ini tak pernah menyerang dari satu titik. Tahu-tahu, Duarrr!!!
Memang pergerakan Henry awalnya dimulai dari sektor kiri. Tapi seiring berjalannya waktu pertandingan, kebiasaannya untuk "keluyuran" sering muncul. Jadi, agak sia-sia juga apabila bek-bek lawan menerapkan man to man marking kepada pemain ini karena Henry terus bergerak ke sana ke mari. Bisa dari tengah, tiba-tiba sudah ada di kanan.
Yang juga menjadi ciri khasnya adalah kecepatan larinya yang luar biasa serta rajin menjemput bola dari lapangan tengah. Soal kekuatan dan akurasi tendangannya pun tak perlu diragukan lagi. Kaki kanan dan kirinya sama baik untuk mendatangkan banyak gol, meskipun kepalanya tidak maut-maut amat. Satu lagi, mengubah bola-bola mati menjadi gol juga mahir dilakukannya.
Klub terakhir yang merasakan eksplosifnya Henry adalah AS Roma. Tiga kali gawang Francesco Antonioli dirobek bomber berusia 25 tahun itu. Atas aksinya itu Arsenal unggul 3-1 sekaligus mencatat kemenangan di pertandingan pertama putaran kedua Liga Champions grup B.
Saking berharganya Henry buat Arsenal, Manajer Arsene Wenger sampai bertekad untuk tidak menjual pemain kesayangannya ini ke klub manapun. Gayung pun bersambut tatkala si pemain berikrar untuk menghabiskan sisa karirnya di klub asal kota London itu.
Karir Henry memang tak bisa lepas dari sosok Wenger. Semua kemampuan yang ia miliki saat ini merupakan hasil polesan Wenger sejak keduanya membela klub Monaco. Debut profesional Henry di Liga Prancis terjadi pada bulan Agustus 1994 saat melawan Nice. Wenger percaya anak asuhnya itu suatu saat bakal menjadi pemain besar.
Peluncuran reputasi internasional Henry terjadi di Piala Dunia 1998. Ia tampil sebagai bintang dengan mencetak tiga gol dan membawa tuan rumah Les Bleus menjadi juara. Beberapa bulan setelah itu, Juventus datang ke Monaco dengan maksud memboyong Henry ke Delle Alpi. Maka terbanglah ia ke Italia.
Namun Negeri Pizza itu menjadi mimpi buruk bagi karir Henry. Ia gagal bersinar dan hanya mencetak tiga gol. Melihat bekas anak asuhnya memderita, di akhir musim itu juga Wenger yang telah menukangi Arsenal langsung membelinya dengan nilai transfer 10,5 juta poundsterling.
Dasar jodoh, di Inggris Henry menemukan kembali ritme permainannya, bahkan yang terbaik. Sejak musim pertama ia selalu bikin gol di atas 15. Musim lalu, total 32 gol ia persembahkan buat The Gunners untuk merebut gelar juara Premiership dan Piala FA.
Di level internasional Henry juga menjadi tulang pungung Prancis saat memenangkan Piala Eropa 2000. Namun ia juga punya mimpi buruk di timnas, tepatnya di Piala Dunia 2002 lalu. Selain Prancis gagal lolos dari penyisihan grup, Henry juga sempat mendapat kartu merah saat menghadapi Uruguay di pertandingan kedua.
Sebelum musim 2002/2003 dimulai, Henry telah membukukan 80 gol dalam 149 pertandingannya bersama Arsenal. Karena masih muda, maka siap-siaplah untuk terus menyaksikan ledakan-ledakannya. Duarrr!!!
Share on Google Plus

About Buncis

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment