Awas! Teror Gol Roy Makaay

Bagi Bayern Munich, Roy Makaay adalah teror. Tiga golnya di Stadion Olimpiade Munich plus satu lagi di Riazor membunuh Munich sehingga tidak bisa lagi berkiprah di kompetisi Eropa tahun ini.
Makaay, adalah salah satu "teroris" di muka gawang yang dilahirkan Belanda. Namanya tiba-tiba menyeruak diantara para striker tajam yang dimiliki tim Oranye macam Dennis Bergkamp, Patrick Kluivert, Jimmy Floyd Hasselbaink, Pierre Van Hoijdoonk, Ruud Van Nilstelrooy, Jan Vennegor Van Hesselink.
Makaay punya kelebihan pada semua sumber pembuat gol di tubuhnya. Dua kakinya, kanan maupun kiri sama-sama hidup. Sundulan kepalanya juga mengiris tajam bak pisau perang. Kelebihan ini ditambah dengan langkah larinya yang terlihat efisien tapi justru lebih cepat dibanding kebanyakan bek-bek lawan.
Satu lagi nilai tambahnya, penempatan posisi yang cemerlang plus mudah lolos dari jebakan offside. Jika tidak selalu diawasi, Makaay bisa menyelinap dari kerumunan untuk berlari dan berhadapan dengan kiper. Dengan gaya eksekusi dingin tapi stylish, Makaay banyak memproduksi gol bagi Deportivo La Coruna.
Aksi paling mutakhir dari Roy Makaay adalah membuat gol yang membunuh karir bayern Munich di Eropa musim ini. Gol itu tercipta pada menit ke-89 dengan proses lumayan tampan ketika tendangan volinya menyambar jala gawang Munich. Namanya juga akan selalu diingat gibol kota Munich ketika hat-trick-nya mengempaskan Munich 3-2 di Stadion Olimpiade.
"Tentu sangat indah mencetak gol dan terutama jika dilakukan di menit terakhir saat lawan tidak punya waktu lagi untuk bereaksi," komentar Makaay dingin.
Nama Roy Makaay sebenarnya sudah menyembul ke blantika persepakbolaan dunia sejak 1998. Dia cukup bersinar saat memperkuat Tenerife musim 1997/1998 sejak dibeli dari klub Belanda, Vitesse Arnhem. Degradasinya Tenerife pada musim 1999 membuatnya diboyong ke Deportivo La Coruna dengan harga 1,35 juta pesetas.
Pemain kelahiran Witjhen (Belanda) dengan tinggi 188 cm dan berat 75 kg itu langsung menjadi perhatian utama di Deportivo La Coruna. Sistem 4-3-2-1 yang digunakan pelatih Javier Irureta membuatnya jadi pilihan utama di posisi ujung tombak. Makaay menjadi top skor Deportivo La Coruna yang memenangi La Liga musim 2000. Total 44 gol dibuatnya dalam dua musim bersama Deportivo.
Debutnya bersama timnas Belanda dimulai tahun 1996 saat melawan Wales di kualifikasi Piala Dunia 1998. Dia masuk sebagai pengganti Jordi Cuiyff di babak kedua. Hingga kini bersama Patrick Kluivert dan Ruud Van Nilstelrooy, Makaay selalu menjadi pilihan Dick Advocaat. Saat Belanda menang 3-0 atas Austria di kualifikasi Euro 2004 baru lalu, Makaay mencetak satu gol.
Makaay sering dibanding-bandingkan dengan salah satu striker terbaik dunia yang pernah dilahirkan Belanda, Marco Van Basten. Terutama soal kelincahannya dan instink mencium gol. Namun, dalam urusan kelengkapan teknik, orang Belanda banyak menilai Ruud Van Nilstelrooy lebih punya kemiripan dengan Van Basten.
Toh, Makaay boleh berujar bahwa karirnya mirip Van Basten terutama dalam soal cedera yang sering menimpa. Satu-satunya "kelemahan" yang dimiliki Makaay adalah seringnya dia absen dalam pertandingan penting karena cedera.
Dia pernah mendapat cedera ligamen engkel saat berlatih bersama Dennis Bergkamp menjelang Euro 2000. Cedera ligamen lutut juga pernah membekapnya pada tahun 2001 disaat karirnya sedang berada dalam kondisi puncak. Hebatnya Makaay, setelah cedera berlalu dia bisa kembali berada salam puncak penampilan. Sesuatu yang tentu sangat dirindukan Marco Van Basten dahulu.
Share on Google Plus

About Buncis

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Post a Comment